Indonesia harusnya bisa belajar dari Jepang, khususnya dalam industri pangan dan pertanian. Jepang sebenarnya merupakan negara yang alamnya kurang mendukung untuk hidup enak, akibat dari zona yang sering menyebabkan negara Jepang terkena gempa. Namun, mereka bisa membangun teknologi pangan dan menghasilkan bahan-bahan pertaniannya sendiri.
Demikian pemaparan Dr Erni Johan, peneliti senior di Ehime University, Jepang, saat memberikan kuliah di hadapan mahasiswa
Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (
FP UMY).
Erni mengatakan, di Indonesia proses pascapanen, baik yang dilakukan oleh individu maupun industri, masih lemah. Sebab, selain karena belum didukung dengan teknologi yang canggih, cara pengolahan dan prosesnya pun masih tertinggal. “Padahal, hasil pertanian di Indonesia, baik itu sayuran maupun buah-buahan, ketika baru panen kondisinya masih segar. Tapi, saat sudah dipasarkan, entah itu di pasar tradisional maupun supermarket, kondisi sayur dan buah itu sudah tidak sesegar saat pertama kali dipanen,” tuturnya.
Alumnus Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta ini mengungkapkan, di Jepang proses pascapanen yang dilakukan berbeda dengan di negara-negara lain. Di Jepang, saat sayuran dan buah-buahan itu sudah dipanen, langsung dicuci menggunakan air es. “Baru setelah itu dibungkus atau di-pack, untuk kemudian dipasarkan ke pasar-pasar tradisional maupun supermarket. Jadi sayur dan buah yang dipasarkan masih tetap segar selama satu hari penuh dan hari berikutnya,” ujarnya.
Dia juga mencontohkan salah satu produk teknologi pertanian Jepang yang berhasil dan mempunyai nilai jual tinggi, antara lain buah mangga. Buah mangga Jepang ternyata memiliki banyak perbedaan dengan buah mangga yang biasa ditemui di Indonesia.
|
Taiyo manggo |
“Mangga yang bernama taiyo manngo ini hanya bisa dibudidayakan di Provinsi Miyazaki. Yang unik dari mangga ini adalah rasa manis, warna, dan jumlah buah yang ada di pohon mangga tersebut,” ucapnya.
Satu pohon taiyo manngo, katanya, hanya bisa menghasilkan buah tidak lebih dari 10 butir. Warna dari buah mangga ini pun bukan berwarna hijau, namun merah dan ungu. Ini terjadi karena rekayasa genetik dan teknologi yang mereka lakukan. “Orang Jepang itu bisa membuat satu pohon hanya berbuah tidak lebih dari 10. Karena menjadikan nutrisi yang awalnya misalkan untuk seratus buah, tapi hanya dijadikan untuk 10 buah. Sehingga rasa dari taiyo manggo ini akan menjadi sangat manis.
Satu taiyo manngo dihargai 1.000 yen, atau setara dengan Rp 100.000,” tuturnya. Untuk itulah, Erni mendorong dan berharap pada mahasiswa serta pihak lainnya untuk bisa membudidayakan dan memajukan pertanian di Indonesia. Sebab,Dr jika dilihat dari segi alamnya, tanah Indonesia jauh lebih subur dibandingkan dengan tanah di Jepang. Sumber:SP
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Indonesia harus banyak belajar dari Jepang terkait pangan dan pertanian"
Post a Comment
Kritik dan Saran yang membangun dari Anda sangat KAMI harapkan.
Silahkan isi KOMENTAR anda yang membangun untuk kemajuan dan koreksi di blog ini.No Sara, No Racism