Crude Palm Oil (
CPO) atau disebut dengan
minyak kelapa sawit adalah produk yang ditransaksikan pada pasar komoditi. Komoditi ini merupakan hasil sumber daya alam yang lazim diolah menjadi berbagai produk turunan, baik berupa barang konsumsi maupun bahan baku industri.
Indonesia merupakan penghasil minyak sawit terbesar dunia, kemudian disusul oleh Malaysia. Akan tetapi, Malaysia terlebih dahulu memperkenalkan produk berjangka CPO berdenominasi Ringgit dibandingkan Indonesia.
Saat ini Indonesia telah memiliki bursa yang memperdagangkan kontrak berjangka minyak kelapa sawit, yakni Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX) atau Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia. Produk kontrak minyak sawit memiliki kode perdagangan KPOc3, menurut versi Reuters. Sedangkan di ICDX sendiri, kode perdagangan CPO adalah CPOTR.
Salah satu alasan yang membuat CPO layak ditransaksikan pada bursa berjangka adalah tingginya permintaan fisik terhadap komoditi ini. Hal ini bisa dimaklumi mengingat kegunaan minyak sawit dalam berbagai lini industri, baik produk rumah tangga ataupun bahan pangan. Dalam beberapa waktu terakhir, pergerakan harga CPO cenderung bergejolak mengikuti arah pergerakan komoditi lain seperti minyak mentah dan produk substitusi-nya.
Berikut ini adalah beberapa faktor yang sangat mempengaruhi pergerakan harga CPO:
1. Iklim dan Cuaca
Faktor cuaca memberi dampak signifikan bagi keberlangsungan harga CPO karena terkait erat dengan prinsip supply and demand. Faktor cuaca buruk akan mendorong kenaikan harga, mengingat volume produksi kelapa sawit jadi terancam. Di saat yang sama, arus permintaan terus berjalan normal.
Korelasi: Negatif
Semakin buruk faktor cuaca, maka harga cenderung semakin tinggi.
2. Minyak Mentah
Kenaikan harga minyak mentah umumnya akan memberi dorongan bagi kenaikan harga CPO. Alasannya karena proses produksi dan distribusi komoditi sawit sangat tergantung pada ketersediaan bahan bakar minyak. Keluarnya biaya tambahan akibat kenaikan harga minyak akan dibebankan pada harga jual CPO.
Korelasi: Positif
Semakin tinggi harga minyak mentah di pasaran, maka harga jual CPO semakin tinggi.
3. Komoditi Substitusi
Kenaikan harga CPO yang terlalu tinggi bisa membuat investor beralih ke komoditi substitusi, seperti minyak jagung maupun kedelai. Secara otomatis, harga komoditi pengganti tersebut juga akan terangkat. Apabila hal ini terjadi, maka CPO bisa makin mahal dibandingkan sebelumnya.
Korelasi: Positif
Semakin tinggi harga komoditi subtitusi, maka harga CPO juga ikut melonjak. Demikian pula sebaliknya. Dikutip dari berbagai sumber.
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Trading CPO Minyak Kelapa Sawit"
Post a Comment
Kritik dan Saran yang membangun dari Anda sangat KAMI harapkan.
Silahkan isi KOMENTAR anda yang membangun untuk kemajuan dan koreksi di blog ini.No Sara, No Racism