Licinnya
minyak sawit ternyata cukup ampuh meluruhkan ketatnya sikap bank agar rela menggelontorkan banyak duit untuk pengembangan perkebunan dan industri turunan komoditas tersebut.
Dahulu sektor perkebunan belum banyak dilirik perbankan karena dinilai berisiko tinggi. Namun sejak pemerintah menggelar program revitalisasi 2006-2010, dana publik di bank pun mengucur deras ke sektor perkebunan.
Program revitalisasi perkebunan dengan kebutuhan dana Rp 40 triliun pada 2 juta hektare ini, memang tak hanya sawit karena pemerintah juga ingin adanya pengembangan komoditas kakao dan karet. Sawit tetap menjadi primadona di industri perkebunan, meski pengembangan komoditas ini diterpa isu kartel, rencana pembatasan lahan untuk holding company, kenaikan
harga patokan ekspor (
HPE) hingga soal pabrik tanpa kebun.
Tapi kilau harga
crude palm oil masih cukup menggiurkan bagi perbankan mencari bunga besar dengan memberikan pinjaman kepada perusahaan-perusahaan yang bermain di kebun sawit.
Kredit bank memang tak hanya yang komersial (
kredit investasi dan modal kerja biasa) tetapi juga dibungkus dalam kredit program pengembangan energi nabati dan revitalisasi perkebunan (KPEN-RP).
Pada kredit program, lima bank tercatat yang siap untuk mendukung dengan komitmen pendanaan hingga Rp25,48 triliun, yaitu BRI, Bank Mandiri, Bukopin, Bank Nagari, dan Bank Pembangunan Daerah Sumut. Selaku bank dengan aset terbesar nasional, Bank Mandiri bahkan memiliki dua unit untuk melayani perkebunan, yaitu di layanan kredit korporasi (
plantation specialist) dan satunya di small business group.
Kredit perkebunan
Sunarso, Senior Vice President Plantation Specialist Corporate Banking Bank Mandiri mengatakan baki debet kredit perkebunan sawit hingga 31 Juni 2007 mencapai Rp10,5 triliun dari limit plafon Rp17,8 triliun. Nilai tersebut merupakan 73% dari total kredit perkebunan (termasuk komoditas lainnya seperti karet, tebu, kopi dan teh) Bank Mandiri sebanyak Rp15,08 triliun hingga paruh pertama tahun ini.
Dari dana Rp10,5 triliun itu sebagian besar terserap pemain-pemain besar di industri perkebunan kelapa sawit seperti sejumlah PTPN, kelompok usaha Sinar Mas, Lonsum, Astra Agro Lestari, Musim Mas. Sejak akhir tahun lalu paling tidak lebih dari 53 perusahaan besar yang merupakan kelompok korporasi bidang perkebunan sawit yang menjadi sasaran kredit Bank Mandiri.
Awal tahun misalnya Sinar Mas, Incassi Raya, Satria Group serta Permata Hijau Sawit digelontori duit US$432 juta (Rp3,9 triliun). Sinar Mas bakal membuka lahan kelapa sawit seluas 67.000 hektare dengan nilai proyek Rp2,8 triliun. Kelompok usaha ini juga akan membangun pabrik pengolahan kelapa sawit dengan kapasitas 30 ton perjam dengan nilai proyek Rp45 miliar di Sumatra.
Incassi tahun ini membuka lahan perkebunan seluas 32.000 hektare di Sumatra Barat dan Kalimantan Barat dengan nilai proyek senilai Rp725 miliar. Selain itu pabrik biodiesel berkapasitas 200.000 ton pertahun senilai Rp270 miliar juga akan dibangun di Sumbar.
Sementara Satria hendak membuka perkebunan kelapa sawit seluas 10.000 hektare di Kalimantan Tengah senilai Rp300 miliar. Sementara itu, Permata Hijau Sawit mendapatkan fasilitas pembiayaan proyek pabrik pengolahan biodiesel dengan kapasitas 198.000 tan pertahun dengan nilai proyek Rp270 miliar di Riau. Itu belum seberapa, sebab pekan lalu, Bank Mandiri juga menyalurkan kredit senilai US$71,59 juta kepada Union Sampoerna Triputra Persada Group (USTP) mengakuisisi lahan perkebunan sawit milik Kulim Sdn Bhd.
Lolos
Berita yang seakan lolos perhatian publik ini menarik di tengah derasnya investor asing yang masuk menggarap lahan kebun sawit di Tanah Air. USTP merupakan perusahaan kongsi milik dua eksekutif Astra TP Rachmat dan Benny Subianto, serta Soetjahjono Winarko salah satu anggota keluarga kelompok usaha HM Sampoerna.
Perusahaan Malaysia itu sepakat menjual lahan seluas 63.305 hektare di kabupaten Sukamara, Seroyan dan Lamandau di Kalimantan Tengah dengan nilai US$125 juta (sekitar Rp1,1 triliun). Ahmad Mohamad Managing Director Kulim, beralasan hengkangnya Kulim dari usaha produksi di Indonesia lebih dikarenakan restrukturisasi internal, tak mau berpolemik soal kartel dan pembatasan lahan.
Dia justru menyebutkan Kulim akan memfokuskan kegiatan produksi di Papua Nugini (44.713 ha) dan kepulauan Solomon (6.594 ha) serta tentu saja di Malaysia (32.644 ha). Bank Negara Indonesia lain lagi. Dirut BNI Sigit Pramono bahkan membentuk divisi khusus yang menangani penyaluran kredit dan mitigasi risiko untuk kredit perkebunan, terutama sawit.
Tahun lalu, ada 50 debitor BNI yang menerima kredit senilai Rp3,35 triliun untuk mengembangkan lahan perkebunan seluas 411.000 ha. Sedangkan tahun ini, bank pelat merah tersebut telah menyepakati penyaluran kredit awal Rp1,2 triliun kepada enam nasabah, baik debitor lama maupun baru seperti Sampoerna Agro, Sungai Budi Group, Rekayasa Group, Sinar Mas Group, Musimas Group dan Bio Energi Indonesia. Sigit menegaskan bank yang dipimpinnya menargetkan mampu menyalurkan kredit rata-rata sebesar Rp5 triliun baik untuk usaha replanting lahan kelapa sawit maupun pabrik derivatifnya.
PROPOSAL PEMBANGUNAN PKS & PERKEBUNAN KELAPA SAWIT
ReplyDeletePerihal : Mencari Investor Perkebunan Kelapa awit
Kepada Yth,
Bapak Daniel
di-
Tempat
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Agus Latif
Email : aguslatif99@ymail.com atau aguslatif43@gmail.com
Hp. : +62812 8388 5642 / +62817 9802 568
Alamat : Jl. Gunung Latimojong No.44, Kec. Belopa, Kab. Luwu, Sulawesi Selatan
Status : Sebagai penerima kuasa penuh dalam rangka mencari investor untuk mengelolah lahan seluas 24,800 ha untuk dijadikan perkebunan kelapa sawit (surat kuasa terlampir)
Bersama ini saya mengajukan proposal Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit dan Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dengan data-data sebagai berikut :
1. Luas lahan : 24.800 ha
2. Lokasi ini tidak bermasalah/tidak tumpang tindih, murni dikuasai oleh Koperasi
3. Lahan ini dikuasai oleh Koperasi Karya Mandiri 19.800 ha dan Koperasi Rezki Alam
5000 ha
4. Letak lokasi : Kabupaten Morowali, Propinsi Sulawesi Tengah (30 menit dari bandara
internasional Morowali yang sedang dalam pembangunan)
5. Lokasi ini adalah satu hamparan dengan 4 wilayah kecamatan :
.
Adapun bentuk kerja sama yang kami harapkan adalah pola kemitraan dengan sistim inti plasma. Mengenai besarnya biaya konpensasi untuk lahan yang akan dijadikan sebagai lahan inti (sertifikat HGU – Perusahaan) dapat dimusyawarakan dengan pengurus Koperasi Karya Mandiri dan Koperasi Rezki Alam.
Lokasi ini sudah memiliki ijin lokasi dan Rekomendasi dari Bapak Bupati Morowali atas nama Koperasi Karya Mandiri dan Koperasi Rezki Alam
Demikian proposal ini kami ajukan, atas perhatian dan kerja sama yang baik kami ucapkan terima kasih.
Hormat Saya,
Agus Latif
Sekretaris Umum Koperasi Rezki Alam
Catatan :
- Selain lahan ini, masih ada lahan yang lain di pulau sulawesi 200 ribu hektar
yang dapat dijadikan perkebunan kelapa sawit