Data Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (Paspi) mencatat jumlah unit usaha petani sawit terus meningkat dari 1990 sampai 2013. Saat ini, sekira 45 persen dari total kebun sawit di Indonesia dikuasai oleh petani kelapa sawit. Sumber:okezone.
Direktur Eksekutif Paspi, Tungkot Sipayung, mengatakan dari total luas
kebun sawit di Indonesia, petani menguasai 45 persen ditambah BUMN 10 persen dan swasta 45 persen. Dari jumlah itu, swasta terbagi dua, asing 30 persen dan sisanya lokal.
Asing juga masuk ke perusahaan-perusahaan sawit lokal melalui kepemilikan di pasar modal. Ke depan, diproyeksikan penguasaan lahan sawit oleh petani akan meningkat menjadi 51 persen pada 2020 seiring dengan peningkatan kesejahteraan dan program kemitraan korporasi dengan petani plasma.
"Pemerintahan baru mestinya lebih diarahkan kepada percepatan hilirisasi dan pengawasan kemitraan korporasi dengan petani plasma," ujar Tungkot dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Kamis (13/11/2014).
|
Petani kelapa sawit kuasai 45 persen kebun sawit Indonesia |
Namun, dia membantah jika penguasaan asing mencapai 95 persen dari total
kebun sawit di Indonesia. Menurut dia, petani, BUMN, dan swasta lokal masih cukup solid untuk membendung agresivitas investor asing. "Jadi data yang menyebutkan penguasaan asing hingga 95 persen perlu dipertanyakan," katanya.
Ke depan, dia menilai pemerintah perlu membuat arah kebijakan yang jelas sehingga dapat mengatur harmonisasi peran investor asing. Paspi menilai arah kebijakan penguatan hilirisasi industri sawit dan percepatan mandatori biodiesel sudah tepat.
|
Petani kelapa sawit kuasai 45 persen kebun sawit Indonesia |
"Jika investor asing yang masuk ke Indonesia berkomitmen tinggi terhadap pembangunan perekonomian daerah, taat hukum, taat pajak, masak ditolak," ujarnya.
Sekadar informasi, pada 1990 jumlah unit usaha petani sawit baru mencapai 142 unit dengan luas 291.330 hektare. Jumlah tersebut meningkat signifikan di 2013 menjadi 3.703 unit usaha dengan luas kebun sawit sebesar 3,79 juta hektare.
Ekspor Indonesia masih sangat bergantung pada komoditas olahan, salah satunya adalah
kelapa sawit. Tahun lalu jumlah
produksi kelapa sawit mencapai 26 juta ton dengan besaran ekspor sekira 21,2 juta ton.
Ketua Kompartemen Urusan Perdagangan Gabungan Asosiasi Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), Togar Sitanggang, ekspor utama kelapa sawit Indonesia adalah ke India, China dan Eropa. Sedangkan pertumbuhan ke Afrika tahun lalu mencapai 13 persen.
Menurut dia, dengan adanya pelambatan dalam perekonomian Eropa membuat harga komoditas sawit Indonesia menjadi tertekan. Oleh karena itu, para pengusaha kelapa sawit Indonesia harus mencari target negara lain untuk produknya.
“Afrika dan Timur Tengah pertumbuhannya pesat. Saya optimistis tahun ini bias mengirim 1,5 juta ton,” ujarnya di kantor Gapki, Jakarta, Kamis (6/11/2014).
Dia menjelaskan, satu negara yang pertumbuhan ekspornya pesat di kawasan Timur Tengah yakni Pakistan. Hal tersebut didasari adanya perjanjian kerjasama perdagangan oleh kedua negara.
“Setelah setahun ditandatangani Mou PTA, produsen sawit Indonesia bias menembus pasar Timur Tengah yakni di Pakistan, dengan asumsi bisa mengirim 900 ton ke negara tersebut,” tandasnya.
Artikel keren lainnya:
Hendaknya ada kebijakan dr pemerintah pusat tentang penetapan harga minimal tbs kelapa sawit rakyat, sampai saat ini petani ks rakyak belum dapat menikmati harga yg mrnguntungkan, sehingga sebahagian besar kebun ks rakyat tidak mampu dikelola secara intensif, harga tbs saat ini sepenuhnya diatur oleh toke2 pks, sehingga setiap pks menawarkan harga yg berbeda tentunya
ReplyDeletesemurah mungkin